Metode “hidroponik” diyakini sudah dikenal dan
dipraktekkan nenek moyang kita kurang lebih 2600 tahun yang lalu. Sejarah
dunia mencatat Raja Nebuchadnezzar membuat Taman Gantung Babylonia yang diyakini
menggunakan sistem hidroponik, bahkan suku Astec di Meksiko menggunakan sistem
hidroponik untuk skala pertanian yang lebih besar dengan cara membuat kolam
kolam besar yang diatasnya diapungkan tanaman tanaman pertanian, mirip dengan
sistem rakit apung (floating raft).
Hidroponik Rakit Apung Ala Suku Aztec |
Sejalan waktu para peneliti berhasil
mendemonstrasikan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan baik pada
media inert (steril) yang dibasahi dengan larutan air mengandung mineral yang
dibutuhkan tanaman. Selanjutnya pada tahun 1860 – 1861, duo Jerman, Sach dan Knop, akhirnya berhasil
menumbuhkan tanaman langsung dalam larutan air mengandung mineral, tanpa
menggunakan media inert-nya. Metode ini diberi nama “nutriculture,” awal mula teknik hidroponik yang berkembang sampai
saat ini.
Istilah hidroponik
(hydroponics) sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1937 oleh
Dr. W. F Gericke dari
California. Beliau adalah orang pertama yang melakukan eksperimen untuk skala
komersil, dengan menanam tomat (tomatoes), selada (lettuce) dan beberapa
sayuran lain (vegetables). Beliau memberikan nama metode yang digunakan
sebagai “nutriculture systems
hydroponics”. Hydroponics berasal dari kata Yunani hydro (water)
dan ponos (labor/work) yang berarti water working — ada juga yang
menerjemahkan sebagai “working with water”.
Dalam perjalanannya
hidroponik pernah diaplikasikan selama perang dunia II (1939
– 1945) untuk menyediakan sayuran bagi tentara yang ada di daerah
yang sulit untuk budidaya secara konvensional. Pada tahun 1950-an penggunaan
hidroponik secara komersial terus berkembang ke seluruh dunia (Italia,
Spanyol, Jerman, Perancis, Inggris, Swedia, Russia dan Israel).
Pada masa
sekarang ini teknologi Hidroponik sudah sangat modern. Di negara-negara maju seperti
Jepang, Canada ataupun Australia menggunakan teknologi Hidroponik untuk
mengatasi masalah lahan kritis dan cuaca ekstrem. Dengan ditemukannya teknologi
Greenhouse dan Indoor Planting, bercocok tanam bisa dilakukan sepanjang tahun
walaupun di musim salju. Bahkan negara berkembang seperti Meksiko dan beberapa
negara Afrika juga mengembangakan metode Hidroponik pada pertanian mereka.
Tampaknya NASA juga memanfaatkan
hidroponik pada program luar angkasanya. Ray Wheeler, seorang
ahli fisiologi tanaman di Laboratorium Space Center Space
Life Science, Kennedy, percaya bahwa hidroponik akan berkontribusi
membuat kemajuan dalam perjalanan luar angkasa. Dia menyebutnya sebagai
sistem “bioregenerative life support”.
Di Indonesia
sendiri teknologi Hidroponik belum berkembang secara signifikan seperti yang
telah dilakukan di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Mungkin
dikarenakan masih sulitnya memperoleh peralatan-peralatan ber-hidroponik,
jikapun ada harganya lumayan tinggi. Oleh karena itu dengan blog ini saya ingin
berbagi pengetahuan saya tentang hidroponik, dengan harapan teknologi
Hidroponik semakin berkembang di negara Indonesia kita yang tercinta. Jika
Saudara-saudara ingin mencoba metode bercocok tanam dengan hidoponik silahkan
baca postingan-postingan saya berikutnya.....semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment