Elektrokonduktivitas & Padatan Terlarut

  Dalam Larutan, kation akan mencari kutub negatif anoda, sedangkan anion akan mencari kutub positif katoda. Penghantaran listrik ini disebut konduktivitas atau lazimnya disebut elektrokonduktivitas ( EC, electro-conductivity). Satuan ukuran elektrokonduktivitas adalah mS/cm atau mmho/cm atau sering hanya digunakan satuan mS. Ada juga yang tidak menyebutkan satuannya. Misalnya persemaian tomat menggunakan EC 2,0; fase vegetatif atau pertumbuhan digunakan EC 2,0; fase generatif atau pembungaan digunakan EC 3,0 atau lebih. Jelas bahwa semakin tinggi nilai EC maka semakin pekat konsentrasi kation dan anion serta semakin tinggi penghantaran listriknya.
EC & TDS Meter

  Pengukuran elektrokonduktivitas atau penghantaran listrik dilakukan dengan alat EC-meter elektonik yang dapat mengukur hingga satu angka dibelakang koma pada monitornya. 
  Ada catatan dari peneliti hidroponik yang menyebutkan bahwa untuk sayuran daun EC maksimumnya adalah 4,2. Bila angkanya lebih besar maka larutan nutrisi akan lewat begitu saja tanpa diserap oleh akar karena akar sudah kelebihan nutrisi. Dengan  demikian efisiensi penyerapan unsur hara sudah turun dan pertumbuhan pun sudah stagnan atau berhenti. Bila EC lebih tinggi lagi maka nilai ambang batas fitotoksisitas (keracunan) sudah terlampaui sehingga keseimbangan proses fisiologi didalam tubuh tanaman sulit diatur.
  Perhitungan nilai ECdengan EC-meter selalu ada angka dibelakang koma. Oleh karena itu, satuan pengukurannya diubah menjadi angka bulat yang disebut conductivity meter (cF) . Satuan ini merupakan sepuluh kali dari angka satuan EC tanda koma menjadi hilang. Tujuan pembulatan satuan ini adalah untuk memudahkan dalam komunikasi antar pekerja di lapangan.

Kerusakan Tanaman Akibat EC Terlalu Tinggi
  Pernah terjadi kasus semua daun melon berubah warna menjadi coklat seperti hangus. Setelah diteliti terbukti ternyata EC-nya mencapai 9,2 jauh diatas ambang batas EC untuk melon bahkan mendekati fitotoksisitas, daun yang hangus disebabkan oleh sel-sel mengalami plasmolisis. Air yang seharusnya masuk kedalam sel terbukti keluar dari sel. Penyebabnya adalah air sudah dihisap oleh cairan hipertonis (lebih pekat) yang berada diluar sel dibandingkan dengan cairan hipotonis (lebih encer) yang berada didalam sel. Akibatnya sel kehilangan air dan sitoplasmanya terlepas dari dinding sel dan rusak yang disusul dengan kematian sel. Akhirnya terkesan bahwa daun menjadi coklat mengering hangus.
  Rupanya kerusakan oleh EC yang terlalu tinggi sudah berlangsung lama. Ini terlihat dari buah melonnya berukuran kecil, sehingga tidak layak jual. Namun saat dimakan, rasa manisnya luar biasa. Timbul teori yang kemudian dijadikan patokan kerja bahwa untuk memproduksi buah melon super manis perlu menggunakan EC yang tinggi. Namun RC perlu dijaga agar masih berada di ambang kerusakan.

Penerapan EC pada Produksi Tanaman Buah
  Bila pada fase vegetatif atau pertumbuhan tanaman melon digunakan EC 2,0 - 2,5 maka pada fase generatif digunakan EC 3,5. Angka EC tersebut masih jauh dibawah ambang "kenyang" untuk tanaman melon, yaitu EC 4,2. Peralihan fase vegetatif ke generatif ditandai dengan munculnya bunga pertama pada umur sekitar 30-35 hari. Daun-daun yang terbentuk akan menjadi lebar, tebal, tegap, serta berwarna hijau sehingga fotointesis asimilasi CO2  berjalan lancar. Akibatnya banyak terbentuk karbohidrat sebagai sintesis protein sehingga buah mencapai ukuran besar. Bila buah sudah mencapai ukuran maksimal maka mulailah sisa karbohidrat didalam buah ditumpuk menjadi glukosa atau gula. Dengan demikian semakin lama buah menjadi semakin manis. Rasa manis ini pun akan makin bertambah debgan adanya gula yang dibuat oleh klorofil pada permukaan buah. Oleh kare3na itu, dengan merekayasa EC maka dapat dihasilkan buah yang berukuran besar dan manis sehingga harapan untuk mendapatkan harga jual lebih tinggi dapat tercapai.

Jumlah Padatan Terlarut
  Jumlah padatan terlarut atau Total Dissolved Solutes (TDS) memiliki satuan ppm (parts per million, bagian per sejuta). Pada prinsipnya cara kerja TDS-meter sama dengan EC-meter, yaitu mengukur penghantaran listrik antara katoda dengan anoda yang oleh alat, angkanya dikonversikan menjadi ppm. EC 1mS/cm akan terbaca sebagai TDS sekitar 700ppm. Namun tergantung dari merk dan ramuan nutrisinya maka koefisien tidak selamanya bernilai 700ppm, terkadang hanya 630-680ppm Oleh karena itu dianjurkan menggunakan koefisien  640, tergantung dari kemurnian bahan kimia yang digunakan. Paling banyak dianut ialah TDS dengan koefisien  700ppm per EC 1,0mS/cm. Dalam praktek dilapangan, TDS-meter tidak banyak digunakan dibandingkan dengan EC-meter.

Semoga Bermanfaat......

Derajat Keasaman - pH

       pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan tersebut bersifat asam atau alkali (basa). Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH dianggap netral.
      Skala pH bersifat logaritmik dan ada dalam kisaran 0,0 sampai 14,0.  Skala 7,0 dianggap netral. Pembacaan kurang dari 7,0 mengindikasikan bahwa larutan bersifat asam, sementara angka lebih besar dari 7,0  menunjukkan larutan bersifat alkali atau basa. Beberapa zat yang ekstrim bisa mencetak lebih rendah dari 0 atau lebih besar dari 14, tetapi kebanyakan jatuh dalam skala ini.
Skala pH
 
        Sebuah skala logaritmik berarti bahwa ada perbedaan sepuluh kali lipat antara setiap nomor penuh berturut-turut pada skala. Larutan asam yang terbaca 3.0 merupakan peningkatan lebih sepuluh kali lipat dalam molekul larutan asam 4.0. Perbedaan antara asam larutan 4.0 dan 6.0 adalah larutan 100 kali lebih besar (10×10).
pH-meter elektronik (kiri) dan pH Indikator paper

     Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter elektronik yang dapat menunjukkan angka pH hingga dua satuan angka dibelakang koma. Selain pH-meter elektronik pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Kertas Indikator yang disertai peta warna pada kemasannya. Peta warna ini digunakan untuk membandingkan dengan warna yang muncul pada kertas indikator.


Derajat Keasaman Pada Budidaya Hidroponik 
       Umumnya derajat keasaman suatu larutan nutrisi berkisar antara 5,5 - 6,8 pada skala pH yang artinya bersifat asam. Pada kisaran tersebut daya larut unsur hara makro dan mikro sangat baik. Bila angkanya berada dibawah pH 5,5 atau diatas pH 6,8 maka daya larut unsur hara tidak sempurna lagi, sehingga unsur hara mulai mengendap dan akar tanaman akan kesulitan dalam menyerap unsur hara pada larutan nutrisi, akibatnya tanaman akan menampakkan gejala defisiensi (kekurangan/kelebihan) unsur hara tersebut.
Kisaran pH yang optimal untuk nutrisi hidroponik.
Tahapan menyesuaikan pH pada larutan nutrisi adalah sebagai berikut tentukan patokan pH yang akan digunakan (misalnya pH 6,0), kemudian isi bak penampungan larutan nutrisi dengan air bersih lalu ukur pH-nya. Bila hasil pengukuran ternyata lebih besar dari pH 6,0 maka kedalam bak penampung diberikan sedikit demi sedikit larutan 10% Asam Fosfat (H3PO4) hingga tercapai pH 6,0. Sebaliknya jika pH air lebih rendah dari patokan maka sedikit demi sedikit kedalam bak penampung dimasukan larutan 10% Kalium Hidroksida (KOH) hingga tercapai nilai pH 6,0. Arti larutan 10% adalah bahan kimia diatas diencerkan terlebih dahulu memakai air murni dengan perbandingan 1 bagian bahan kimia di larutkan dengan 9 bagian air murni.  

Semoga Bermanfaat......

Benih - "Awal dari Kehidupan"

    Benih adalah beginning of life atau awal kehidupan dari suatu budidaya tanaman. Artinya bahwa dengan benih,maka suatu tanaman dapat meneruskan kehidupan dan menurunkan    sifat – sifat yang dimilikinya.Didalam benih terdapat kandungan materi genetik dan kandungan kimiawi yang merupakan komponen kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
    Pemilihan benih merupakan faktor yang sangat penting dalam rangkaian budidaya tanaman, untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu dipilih benih yang baik dan bermutu.
      Benih bermutu dapat digolongkan menjadi tiga macam : 
  1. Benih bermutu secara genetis yaitu benih yang berasal dari benih murni dari spesies/varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari tanaman induknya, seperti berumur pendek/genjah, produksi tinggi, tahan terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan beradaptasi baik pada lingkungan. 
  2. Benih bermutu secara fisiologis adalah benih yang mempunyai daya tumbuh tinggi, percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitas tinggi.
  3. Benih bermutu secara fisik yaitu benih berkualitas yang ditunjukkan berdasarkan kualitas fisiknya.
    Umumnya benih dikatakan baik secara fisik apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
(a)  Benih bersih dari kotoran
Benih berstandar menghendaki tingkat kebersihan yang tinggi terhadap benih tanaman lain, gulma, kotoran dari sisa-sisa bagian tanaman lain, butiran tanah, pasir dan kerikil. Apabila benih bersih ini diproduksi maka akan menunjukkan sifat-sifat yang sama dari kelompoknya.
(b)  Benih berisi atau bernas
Benih bernas adalah benih yang berisi atau tidak hampa. Untuk mengetahui secara pasti dari benih bernas dapat melalui penimbangan benih. Jika ditimbang menunjukkan berat benih standar maka benih tersebut baik, dapat juga melalui perendaman pada air, jika benih terendam berarti benih 
bernas. Namun ada jenis benih tertentu walaupun terapung benih tersebut tetap bernas. Benih bernas biasanya berat, benih berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingan dengan benih hampa, sehingga jika disemai akan memberikan pertumbuhan kecambah lebih besar. 
(c)  Warna benih cerah
Warna benih dapat mengidentifikasikan kualitas suatu benih, terutama untuk mengetahui lamanya benih disimpan dan tingkat kesehatan benih dari penyakit.
Benih yang baik, menunjukkan warna kulit yang cerah atau terang sesuai dengan warna aslinya. Benih yang disimpan dalam lingkungan yang tidak terkendali dan yang terkontaminasi dengan patogen akan memberikan warna yang lebih kusam atau tidak sesuai warna dasar aslinya.

(d)  
Ukuran benih normal dan seragam
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap butir benih. Benih yang baik adalah benih yang memiliki ukuran normal, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Selain ukuran normal, benih harus memiliki keseragaman dalam ukuran. Benih berukuran normal dan seragam merupakan benih yang berkualitas karena memiliki struktur embrio dan cadangan makanan yang cukup sehingga dapat melanjutnya kehidupannya.


    Bagaimana cara terbaik menyimpan benih?  Sangat penting untuk menyimpan benih dengan benar supaya tetap hidup untuk ditanam di kemudian hari. Benih yang baru saja dipanen tidak boleh segera disimpan ke dalam kantong plastik karena masih memiliki tingkat kelembaban yang tinggi sehingga akan membusuk. Sebelum disimpan benih harus dikeringkan lebih dahulu. Ingatlah bahwa benih tersebut masih hidup tetapi bernafas secara perlahan-lahan. 
     Untuk menjaga supaya benih tetap hidup dalam jangka waktu yang panjang, benih perlu disimpan pada suhu dan kelembaban yang rendah. Benih menyerap kelembaban dari lingkungan sekitarnya. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan aktifitas pernapasan yang tinggi dan meningkatkan penggunaan energi yang tersimpan dalam benih. Benih harus dikeringkan lebih dahulu sehingga kandungan airnya mencapai 7-8% sebelum disimpan. Simpanlah benih di dalam wadah dengan tutup yang rapat. Kondisi gelap. 
    Sinar matahari akan memperpendek usia hidup benih. Pakailah botol berwarna gelap atau wadah yang tidak tembus pandang untuk melindungi benih dari sinar matahari. Jika menggunakan wadah yang jernih, letakkan ke dalam kantong kertas untuk melindungi dari sinar matahari. Suhu. Suhu yang ideal untuk menyimpan kebanyakan benih sayuran adalah kurang dari 15 °C. Benih dapat disimpan di dalam wadah kedap udara dan diletakkan di dalam lemari es. Untuk penyimpanan jarak pendek, simpanlah benih di tempat yang sejuk, kering dan gelap.

Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu komponen utama dalam bercocok tanam. Pemilihan media tanam harus disesuaikan denga jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah (soilless). Elemen dasar yag dibutuhkan tanaman sebenarnya bukan tanah, melainkan cadangan unsur hara serta air yang terkandung didalamnya. Fungsi utama tanah bagi tanaman adalah sebagai tempat bertumbuh, jadi apabila nutrisi dan oksigen dapat dipenuhi maka tanah dapat diganti dengan bahan lain sebagai media tanam.

Beberapa media tanam yang sering dipakai dalam budidaya hidroponik adalah :

1.  Sekam Bakar.

Sekam bakar adalah media tanam yang berasal dari bahan organik yaitu kulit padi yang dibakar secara tidak sempurna. Penggunaan Sekam bakar tidak perlu disterlilkan lagi karena mikroba patogen telah mati dalam proses pembakaran. Sekam bakar mudah didapat dan harganya murah. Selain itu sekam bakar juga mengandung unsur karbon (C) yang tinggi, sehingga tidak mudah ditumbuhi jamur atau ganggang (lumut). Namun sekam bakar mudah bercampur dengan larutan nutrisi, sehingga nutrisi sering diganti begitupula pompa dan filter harus sering dibersihkan. Media ini sangat baik digunakan untuk pembenihan karena sifatnya yang mudah menyerap air dan menyimpan oksigen dalam jumlah tinggi sehingga bagus untuk pertumbuhan akar.

2.  Hydroton
Hydroton terbuat dari butiran-butiran tanah liat berdiameter kurang lebih 1cm yang dibakar  dengan suhu tinggi. Media ini memiliki pH yang netral dan tahan dipakai berulang-ulang, sehingga cocok digunakan untuk pertanian skala besar. Namun hydroton kurang dalam hal menyerap dan menyimpan air. Pembuatan Hydroton sangat mudah, caranya adalah tanah liat dibentuk bulatan berdiameter 1cm lalu dibakar seperti pembuatan batu bata. Jika tanah liat yang sudah dibakar tersebut tidak pecah bila dijatuhkan dari ketinggian 3m, maka tanah liat tersebut sudah dapat dipakai sebagai media tanam.

3.  Rockwool 
Rockwool adalah bahan berbentuk serat yang terbuat dari campuran batu vulkanik/basalt, batu kapur dan batubara yang dipanaskan dengan suhu dan tekanan tinggi sampai menjadi serat-serat halus, lalu dipadatkan. Rockwool umumnya berbentuk lembaran dengan lebar antara 15cm sampai 50cm dan tebal antara 5cm sampai 10cm. Media tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara yang dapat disimpan oleh media tanam ini. Namun pada pertanian skala besar limbah rockwool sangat mengganggu karena limbah rockwool sulit terurai oleh alam.


4.  Cocopeat. 
Cocopeat adalah media yang dibuat dari limbah kulit kelapa lalu diproses hingga menjadi serbuk lalu dipadatkan. Cocopeat mempunyai sifat penahan air yang sangat baik, mudah kembali basah
dengan cepat meskipun sudah mengalami kekeringan. Tetapi bahan ini memiliki kandungan Tanin yang dapat menyebabkan kerusakan pada akar, untuk itu cocopeat harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara dipanaskan dengan suhu tinggi. 


5.  Hidrogel.
Hidrogel adalah senyawa polimer yang berbentuk seperti agar-agar bila direndam air. Hidrogel berfungsi menyerap dan menyimpan air/nutrisi untuk tanaman dalam jumlah besar. hidrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikroba sehingga produk ini aman digunakan. Hidrogel tidak larut dalam air tetapi dia hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrisi secara proporsional pada saat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan demikian tanaman akan selalu mempunyai persediaan air dan nutrisi setiap saat karena hidrogel berfungsi menyerap dan melepaskan ( absorption - release cycles) .Hidrogel mampu menyerap air sebanyak 100 - 200 kali berat hidrogel itu sendiri. Hidrogel sangat cocok dipakai untuk tanaman hias karena hidrogel tersedia dalam beraneka warna sehingga dapat menambah indah penampilan tanaman hias.


Media-media tanam yang disebut diatas adalah media yang umumnya dipakai oleh pembudidaya hidroponik, masih banyak bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai media tanam. Jenis bahan media tanam  yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik adalah media yang dapat menjaga unsur hara tetap tersedia, sifat drainase yang baik, pH yang netral, kelembabannya terjamin, tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman serta tidak mudah mencemari nutrisi agar larutan nutrisi dapat dipergunakan kembali.

Perlengkapan Hidroponik

  Seperti yang sudah dijelaskan dalam postingan sebelumnya, budidaya hidroponik menggunakan sistem soilles culture (metode tanpa tanah). Oleh karena itu pelaku budidaya hidroponik harus memanipulasi lingkungan tinggal tanaman semirip mungkin dengan habitat aslinya dialam.
   Untuk memulai budidaya hidroponik diperlukan beberapa perlengkapan dan peralatan hidroponik yang bisa didapatkan di toko-toko peralatan hidroponik atau dimodifikasi dari barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai sehingga dapat menghemat biaya operasional .
    Peralatan dan perlengkapan tersebut antara lain :
  1. Media Tanam  :  Media pengganti tanah untuk media semai atau media tumbuh tanaman.
    Macam-macam media tanam.
  2. Benih             :  Bagian dari tanaman untuk disemai, umumnya berbentuk biji-bijian.
    Aneka benih siap semai.
  3. Tray Semai     :  Wadah plastik untuk menyemai benih.
    Tray / wadah untuk menyemai benih.
  4. Netpot           :  Wadah plastik untuk tempat tanaman yang sudah siap pindah kedalam sistem hidroponik.
    Netpot 5cm.
  5. pH Meter        :  Alat untuk mengukur derajat keasaman larutan nutrisi.
    pH meter dengan ketelitian 2 digit dibelakang koma.
  6. EC / TDS meter  :  Alat untuk mengukur elektrokonduktivitas dan kepekatan larutan nutrisi.
    EC meter dan TDS meter dalam satu alat.
  7. Nutrisi           :  Campuran unsur-unsur hara untuk kebutuhan makanan tanaman, biasa dikenal dengan sebutan AB Mix.
    Nutrisi AB Mix yang belum di larutkan.
  8. Sumbu           :  Bahan dari kain planel yang digunakan untuk mengantarkan nutrisi ke akar tanaman pada Wick System.
    Bahan planel lebih awet dan dapat digunakan
    kembali sebagai sumbu nutrisi
  9. Pompa Nutrisi  :  Alat untuk mendistribusikan larutan nutrisi dari bak penampung nutrisi ke sistem hidroponik.
    lebih baik menggunakan pompa submersible/celup agar
    mengurangi panas bila dipakai dalam jangka waktu panjang
  10. Aerator         :  Alat untuk menambah kandungan oksigen didalam larutan nutrisi.
    letakkan selalu aerator diatas tinggi permukaan larutan
  11. Selang           :  Sebagai penghubung larutan nutrisi dari pompa atau bak penampung nutrisi.
    GUnakan selang yang berwarna hitam/gelap
    untuk mengurangi pertumbuhan alga.
  12. Drip Stik       :  Alat untuk mengatur tetesan nutrisi pada hidroponik sistem tetes.
    Drip Stik alat utama pada hidroponik sistem tetes.
  13. Sprinkle        :  Alat untuk membuat kabut pada hidroponik menggunakan sistem Aeroponik.
    Sprinkle dengan sistem rotari.
  14. Gully            :  Talang / pipa PVC yang digunakan pada sistem NFT.
    Gully import berbentuk trapesium.
  15. Greenhouse  :  Bangunan yang dibuat untuk memodifikasi habitat tanaman. Digunakan untuk hidroponik berskala produksi.
    Dengan menggunakan greenhouse hama pengganggu
     dan suhu ekstrim dapat diminimalis.
    Dari alat-alat yang disebutkan diatas hanya alat no 1 s/d no 7 yang wajib dimiliki dalam berbudidaya secara hidroponik, sedangkan yang lain tergantung dari sistem apa yang digunakan. Untuk para pemula disarankan menggunakan sistem Wick / Sumbu, karena mudah dalam pengaplikasiannya dan tidak banyak biaya yang dikeluarkan.   

Semoga Bermanfaat.....




Sejarah Hidroponik

Metode “hidroponik” diyakini sudah dikenal dan dipraktekkan nenek moyang kita kurang lebih 2600 tahun yang lalu. Sejarah dunia mencatat Raja Nebuchadnezzar membuat Taman Gantung Babylonia yang diyakini menggunakan sistem hidroponik, bahkan suku Astec di Meksiko menggunakan sistem hidroponik untuk skala pertanian yang lebih besar dengan cara membuat kolam kolam besar yang diatasnya diapungkan tanaman tanaman pertanian, mirip dengan sistem rakit apung (floating raft). 
Hidroponik Rakit Apung Ala Suku Aztec
Sejalan waktu para peneliti berhasil mendemonstrasikan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan baik pada media inert (steril) yang dibasahi dengan larutan air mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman. Selanjutnya pada tahun 1860 – 1861, duo Jerman, Sach dan Knop, akhirnya berhasil menumbuhkan tanaman langsung dalam larutan air mengandung mineral, tanpa menggunakan media inert-nya. Metode ini diberi nama “nutriculture,” awal mula teknik hidroponik yang berkembang sampai saat ini.
Istilah hidroponik (hydroponics) sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1937 oleh   Dr.  W. F Gericke dari California. Beliau adalah orang pertama yang melakukan eksperimen untuk skala komersil, dengan menanam tomat (tomatoes), selada (lettuce) dan beberapa sayuran lain (vegetables). Beliau memberikan nama metode yang digunakan sebagai  “nutriculture systems hydroponics”. Hydroponics berasal dari kata Yunani hydro (water) dan ponos (labor/work) yang berarti water working — ada juga yang menerjemahkan sebagai “working with water”.
Dalam perjalanannya hidroponik pernah diaplikasikan selama perang dunia II (1939 – 1945) untuk menyediakan sayuran bagi tentara yang ada di daerah yang sulit untuk budidaya secara konvensional. Pada tahun 1950-an penggunaan hidroponik secara komersial terus berkembang ke seluruh dunia (Italia, Spanyol, Jerman, Perancis, Inggris, Swedia, Russia dan Israel).
Pada masa sekarang ini teknologi Hidroponik sudah sangat modern. Di negara-negara maju seperti Jepang, Canada ataupun Australia menggunakan teknologi Hidroponik untuk mengatasi masalah lahan kritis dan cuaca ekstrem. Dengan ditemukannya teknologi Greenhouse dan Indoor Planting, bercocok tanam bisa dilakukan sepanjang tahun walaupun di musim salju. Bahkan negara berkembang seperti Meksiko dan beberapa negara Afrika juga mengembangakan metode Hidroponik pada pertanian mereka.
  
Tampaknya NASA juga memanfaatkan hidroponik pada program luar angkasanya. Ray Wheeler, seorang ahli fisiologi tanaman di Laboratorium Space Center Space Life Science, Kennedy, percaya bahwa hidroponik akan berkontribusi membuat kemajuan dalam perjalanan luar angkasa. Dia menyebutnya sebagai sistem “bioregenerative life support”.



Di Indonesia sendiri teknologi Hidroponik belum berkembang secara signifikan seperti yang telah dilakukan di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Mungkin dikarenakan masih sulitnya memperoleh peralatan-peralatan ber-hidroponik, jikapun ada harganya lumayan tinggi. Oleh karena itu dengan blog ini saya ingin berbagi pengetahuan saya tentang hidroponik, dengan harapan teknologi Hidroponik semakin berkembang di negara Indonesia kita yang tercinta. Jika Saudara-saudara ingin mencoba metode bercocok tanam dengan hidoponik silahkan baca postingan-postingan saya berikutnya.....semoga bermanfaat.

Pengertian Hidroponik

Kata Hidroponik diambil dari bahasa Yunani Yaitu “Hydro” yang berarti air dan “Ponos” yang berarti  kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang mengandalkan air atau larutan dalam menumbuhkan tanaman baik hanya untuk sekedar hobby maupun dalam skala industri. Teknologi ini bukanlah teknologi baru, sejarah mencatat suku aztec sudah mengenal sistim hidroponik berabad-abad silam (lihat Sejarah Hidroponik

Perbedaan yang paling menonjol  antara Hidroponik dengan budidaya konvensional  adalah pada penyediaan unsur hara atau nutrisi bagi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat bergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah yang cukup dan lengkap. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara tadi umumnya dipenuhi dengan cara pemupukan tambahan.

Pada budidaya Hidroponik semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan dapat diserap secara cepat oleh tanaman. Nutrisi tersebut diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya berasal dari bahan  organik  ataupun anorganik. 
Selada yang ditanam secara hidroponik tampak lebih sehat dan pertumbuhannya seragam.
           Ada 5 hal yang harus diperhatikan jika ingin mengembangkan tanaman dengan cara hidroponik. Tanaman membutuhkan media tanamair dengan pH yang tepat, oksigencahaya dan sumber makanan nutrisi atau disebut pupuk dengan takaran yang sesuai. Setelah 5 hal ini dipenuhi, tanaman tidak lagi memerlukan tanah.

        Setiap tanaman pasti membutuhkan sumber makanan yang berbeda. Tanaman sayuran daun misalkan, pasti akan berbeda dengan jenis sayuran yang memiliki buah. Begitu juga dengan intensitas cahayanya. Tanaman sayur tidak membutuhkan cahaya sebanyak tanaman sayuran buah seperti cabe, tomat atau semangka, melon dan sebagainya.

Dalam budidaya hidroponik terdapat beberapa sistem berdasarkan pemberian larutan nutrisi, berikut ini adalah sebagian sistem hidroponik dimulai dari yang paling mudah pengaplikasiannya :
  1. Wick System (sistem sumbu)  , yaitu dengan menggunakan sumbu untuk pemberian larutan nutrisi.
  2. Drip Irrigation System (sistem tetes), pemberian nutrisi dilakukan dengan cara diteteskan pada media tanam.
  3. Floating System (sistem  rakit apung), tanaman diletakkan diatas rakit atau tatakan (biasanya terbuat dari steroform) yang di apungkan diatas kolam nutrisi.
  4. EBB and Flow System (sistem pasang surut), nutrisi  dipompa dari bak penampung melewati media kemudian membasahi akar tanaman (pasang), kemudian selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan turun (surut) kembali melewati media menuju bak penampungan.
  5. Nutrient Film Tehnicque (NFT sistem), Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. 
  6. Aeroponic System (sistem kabut), air dan nutrisi yang akan diserap tanaman diberikan dalam bentuk butiran kecil atau kabut.  

Apakah sayuran hidroponik mengandung kimia mengingat nutrisi yg digunakan adalah unsur anorganik?. Daun atau buah yang kita makan adalah hasil dari fotosintesis dan berdasarkan beberapa literatur ternyata tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk pertukaran ion. Ion-ion ini terbentuk ketika bahan kimia organik sudah tersintesa menjadi bentuk anorganik, jadi apapun sumbernya baik kimiawi organik ataupun anorganik buat tanaman no problem. Catatan, hanya untuk pupuk/hara bukan termasuk pestisida.

    Keuntungan dari budidaya tanaman dengan menggunakan metode Hidroponik antara lain adalah :
  1. Pemakaian pupuk lebih hemat. karena jika kita menanam ditanah kebun/sawah secara konvensional, atau pakai tanah, maka kita paling tidak memupuki hampir semua lahan kita. Ini pemborosan.
  2. Dapat menanam tanaman dimana saja karena tidak menggunakan tanah sebagai media tanam.
  3. Pemakaian air 90% lebih efisien dibanding budidaya konvensional.
  4. Lahan dapat ditanami 4x lebih banyak daripada budidaya konvensional.
  5. Tidak mengenal musim, tanaman dapat ditanam sepanjang tahun
  6. Beberapa jenis tanaman dapat dipanen 2x lebih cepat.
  7. Dapat mengurangi serangan hama (hama pengganggu tanaman 85% berasal dari tanah), karena tidak menggunakan media tanah.
  8. Tidak perlu mencangkul.
  9. Lingkungan kerja lebih bersih.
  10. Sayur dan buah hasil hidroponik lebih sehat karena minim pestisida.
  11. Nilai ekonomis hasil tanaman hidroponik lebih tinggi. Dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.
       Namun budidaya hidroponik bukan tanpa kendala. Minimnya ketersediaan barang-barang perlengkapan hidroponik membuat biaya investasi awal yang tinggi. Juga cara meramu nutrisi harus dipelajari dengan cermat. Selain itu pembuatan instalasi hidroponik membutuhkan perhitungan yang teliti.

        Oleh sebab itu saya disini mencoba untuk membantu anda memahami cara berbudidaya tanaman secara hidroponik. Tunggu postingan saya selanjutnya dan jangan lupa berikan komentar anda terhadap postingan saya ini. Terima kasih.


You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Popular Posts